Praktisi Pendidikan, Dr. Erwin M.Pd: Stop Kekerasan di Sekolah, Anak Adalah Aset Bangsa”

0
428
Tangkapan layar aksi pengeroyokan yang viral di medsos

KabarLagi.Com –Kasus kekerasan terhadap seorang siswa MTs di Bima baru-baru ini mendapat sorotan tajam dari berbagai kalangan, termasuk praktisi pendidikan. Dr. Erwin, M.Pd., seorang akademisi yang saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor III, di Universitas Muhammadiyah Mataram. Dr Erwin, mengecam keras tindakan tersebut dan menyerukan perlunya pembenahan sistem pendidikan yang lebih aman dan kondusif.

Dalam wawancara pada Selasa (18/12), Dr. Erwin menegaskan bahwa kekerasan terhadap anak, terutama di lingkungan pendidikan, sama sekali tidak dapat ditoleransi. “Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak-anak, bukan tempat di mana mereka justru merasa terancam,” ujar Dr. Erwin.

Ia menyoroti bahwa kasus ini mencerminkan adanya masalah serius dalam pengelolaan lingkungan sekolah yang seharusnya melindungi anak-anak dari segala bentuk ancaman. “Pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter anak. Kekerasan hanya akan merusak psikologis anak dan berdampak buruk pada masa depan mereka,” tambahnya.

Dr. Erwin mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk segera mengevaluasi sistem pengawasan di sekolah-sekolah. Menurutnya, tidak cukup hanya mengandalkan sanksi terhadap pelaku, tetapi juga diperlukan pelatihan dan pembinaan berkelanjutan bagi pendidik untuk mengenali dan mencegah potensi kekerasan.

“Sistem pengawasan harus diperkuat. Kita butuh program pencegahan yang komprehensif dan berkelanjutan. Pendidik juga harus diberi bekal untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi siswa,” jelas Dr. Erwin.

Lebih lanjut, Dr. Erwin berharap kasus ini ditangani secara serius oleh pihak berwenang. Ia menyerukan agar pelaku dihukum sesuai hukum yang berlaku untuk memberikan efek jera dan mencegah kasus serupa di masa mendatang. Ia juga menekankan pentingnya pendampingan psikologis bagi korban untuk memulihkan trauma yang dialaminya.

“Saya berharap pemerintah daerah, dinas pendidikan, dan pihak sekolah segera berkolaborasi untuk memastikan kejadian seperti ini tidak terulang. Anak-anak adalah aset bangsa yang harus kita lindungi dan didik dengan penuh kasih sayang,” tegasnya.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa perlindungan anak di lingkungan pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Semua pihak—mulai dari pemerintah, pendidik, hingga masyarakat—diharapkan dapat bersinergi menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan bebas dari kekerasan.

Dengan langkah nyata dan kolaborasi yang kuat, diharapkan kekerasan terhadap anak di sekolah dapat dicegah, sehingga setiap anak memiliki kesempatan untuk belajar dan berkembang dengan rasa aman dan penuh kasih sayang.