KabarLagi.Com–Upaya peningkatan mutu pendidikan terus digencarkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Kemendikdasmen). Salah satunya melalui Sosialisasi Pembelajaran Mendalam (PM) yang digelar di Kampus Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), Sabtu (1/11/2025).
Kegiatan ini terlaksana berkat kerja sama antara Kemendikdasmen, Al Wasath Institute, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMMAT, dengan diikuti ratusan guru SMA/SMK se-Pulau Lombok. Antusiasme peserta terlihat sejak awal acara, karena tema yang diangkat dianggap menjawab kebutuhan dunia pendidikan masa kini: bagaimana menjadikan proses belajar lebih berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
Acara dibuka oleh Rektor UMMAT Dr. Abdul Wahab, M.Pd., dan turut dihadiri Dekan FKIP UMMAT Dr. Muhammad Nizaar, serta perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama Kota Mataram.
Dalam sambutannya, Rektor UMMAT menyampaikan bahwa pembelajaran mendalam merupakan arah baru pendidikan nasional yang menekankan nilai kemanusiaan dan keutuhan proses belajar, bukan sekadar transfer pengetahuan.
Sebagai narasumber utama, Toni Toharudin, Kepala Badan Standarisasi Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikdasmen, menjelaskan bahwa Pembelajaran Mendalam lahir dari kebutuhan untuk menjawab tantangan pendidikan di masa depan, di tengah perubahan global yang cepat dan sulit diprediksi.“Masalah mutu pendidikan, bonus demografi, dan kebutuhan kompetensi masa depan menuntut perubahan paradigma belajar. Pembelajaran mendalam bukan pengganti kurikulum, tetapi pendekatan yang menekankan kesadaran, makna, dan kegembiraan dalam belajar,” ujar Toni.
Sementara itu, Intan Dwi Hastuti, Dosen PGSD FKIP UMMAT, menyoroti nilai inti dari pembelajaran mendalam, yakni “memuliakan”.“Dalam pendekatan ini, setiap pihak saling menghormati dan menghargai potensi serta martabat manusia. Itulah esensi pembelajaran berkesadaran dan bermakna,” jelas Intan.
Melengkapi pandangan tersebut, Faozan Amar, Direktur Eksekutif Al Wasath Institute, mengupas tantangan internal guru dalam mengimplementasikan Pembelajaran Mendalam.“Tantangan terbesar justru datang dari dalam diri guru sendiri kurang reflektif, minim kreativitas, dan terkadang merasa paling benar,” ungkap Faozan.
Untuk menjawab tantangan itu, menurut Faozan, pemerintah telah menyiapkan dua program utama:
-
Peningkatan Kompetensi Guru, melalui fasilitasi pengembangan karier dan pelatihan berkelanjutan.
-
Peningkatan Kesejahteraan Guru, seperti tunjangan profesi bagi guru non-ASN, bantuan subsidi upah (BSU), dan insentif bagi guru PAUD nonformal.“Kalau guru bisa menghadapi tantangan internalnya dan program pemerintah berjalan baik, saya yakin Pembelajaran Mendalam bisa memberikan hasil yang luar biasa,” tegasnya.
Kegiatan ini tidak hanya memperluas pemahaman guru tentang konsep Pembelajaran Mendalam, tetapi juga menginspirasi peserta untuk membangun budaya belajar yang berorientasi pada kemanusiaan dan kebermaknaan.
Dengan semangat kolaboratif antara pemerintah, akademisi, dan praktisi pendidikan, sosialisasi ini menjadi langkah penting menuju transformasi pendidikan di NTB sebuah upaya mencetak generasi pembelajar yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berjiwa luhur dan reflektif.
