Kabarlagi.Com – Salah satu fungsi partai politik yaitu sebagai saluran untuk mengatur konflik. Di dalam negara demokrasi, konflik lebih cenderung terjadi di tingkat bawah atau akar rumput. Maka keberadaan partai menyelesaikan seluruh sengketa atau konflik di wilayah tersebut.
Namun di Indonesia, konflik pada partai terjadi di tingkat elite partai. Hampir di semua partai politik terjadi konflik. Dan konflik di partai dibentuk oleh faksi-faksi politik antara elite. Dengan menguatnya konflik antara elite, maka berbanding lurus dengan tata kelola partai yang berdasarkan kekuasaan segelintir orang yang menguasai banyak orang (oligarki).
Maka konflik di Partai Demokrat saat ini, diakibatkan oleh tata kelola partai ala oligarki. Maka dalam keterangan Pers Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebutkan ada sekelompok orang yang ingin menggulingkannya secara paksa sebagai ketua umum partai. Sekelompok orang tersebut adalah tanda, bahwa segala keputusan dan kebijakan politik dapat ditentukan oleh segelintir orang saja. Oleh sebab itu, AHY begitu sadar dinamika politik kepartaian di Indonesia.
Maka berdasarkan telah tata kelola partai tersebut, dinamika politik dikontrol oleh segelintir orang yang berkuasa. AHY menyurati Jokowi, tidak hanya meminta perlindungan, namun AHY ingin mengumbar busuknya tata kelola kepartaian kepada publik. Ketika dileparkan di publik dan menjadi wacana, maka konflik di Partai Demokrat membetuk pusaran. Pusaran tersebut menarik aktor-aktor yang terlibat maupun yang tidak terlibat di dalam konflik ini. Maka cenderung aktor dan tokoh politik yang tidak berkepentingan menghindari pusaran konflik di Partai Demokrat. Karena akan dinilai busuk juga.
Tapi dengan semakin kencang pusaran konflik di Partai Demokrat saat ini, maka semakin mudah untuk dilihat pola dan relasi konflik yang terjadi. Konflik di Partai Demokrat saat ini, tidak lain dan bukan arus balik dari faksi-faksi politik yang pernah bertentangan dengan Yudhoyono. Mereka segelintir orang telah sakit hati, benci dan dendam pada Yudhoyono. Maka ada yang menafsirkan keterlibatan istana untuk memecah oposisi, akan sedikit terpental.
Malahan istana ditarik dalam pusaran konflik ini. Mereka yang diorganisasi oleh dendam dan kebencian menarik penjaga istana, sedangkan AHY menarik penguasa istana. Jadinya istana ditarik masuk. Karena bila tidak menarik istana konflik cenderung tidak seksi. Dan Yudhoyono sangat berpengalaman berselancar dalam pusaran konflik. Situasi krisis dapat mendulang berkah dan peluang.
Direktur
Politika Institute
TTD
Zainul Abidin Sukrin, M.IP