Oleh
Dr. Erwin, M.Pd.
WR III Universitas Muhammadiyah Mataram
Kemerdekaan bukanlah titik akhir, melainkan proses berkelanjutan dalam upaya membangun bangsa yang berperadaban. Sejarah mencatat bahwa kemerdekaan politik yang diraih pada 17 Agustus 1945 hanyalah pintu awal menuju perjuangan yang lebih panjang: membebaskan bangsa dari kebodohan, ketidakadilan, kemiskinan, serta segala bentuk ketertinggalan. Dalam konteks pendidikan tinggi, kemerdekaan sejati bermakna sebagai kebebasan akademik, kebebasan berpikir, serta kebebasan untuk berinovasi namun tetap berpijak pada nilai-nilai iman, moral, dan keadaban.
Sebagai Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) yang membidangi kemahasiswaan dan alumni, saya melihat bahwa eksistensi mahasiswa dan alumni UMMAT adalah representasi nyata dari hakikat kemerdekaan itu sendiri. Mahasiswa bukan hanya penuntut ilmu, melainkan agen perubahan (agent of change), penggerak sosial (social control), sekaligus penjaga moral bangsa (moral force). Mereka adalah generasi yang memiliki daya kritis, keberanian, dan tanggung jawab untuk menjaga arah perjalanan bangsa.
Di sisi lain, alumni UMMAT merupakan jejak peradaban kampus yang tersebar di berbagai lini kehidupan masyarakat. Mereka hadir sebagai guru, pendidik, pemimpin, birokrat, pengusaha, politisi, maupun aktivis sosial. Peran ini menunjukkan bahwa alumni bukan sekadar lulusan, melainkan duta ilmu dan akhlak yang mengimplementasikan nilai-nilai Muhammadiyah dan UMMAT dalam praksis sosial. Inilah wujud konkret kemerdekaan yang memerdekakan: ilmu yang diamalkan, kebaikan yang ditebarkan, dan kontribusi nyata yang membangun bangsa.
Kemerdekaan dalam perspektif kemahasiswaan berarti ruang terbuka untuk tumbuhnya kreativitas, inovasi, serta keberanian menyuarakan aspirasi. Mahasiswa UMMAT tidak boleh hanya menjadi penonton sejarah, tetapi harus tampil sebagai aktor utama yang menulis sejarah baru bangsa dengan tinta keilmuan, integritas, dan keadilan. Sementara alumni, dengan jejak pengabdian mereka, menjadi bukti nyata bahwa kampus bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga kawah candradimuka untuk melahirkan kader bangsa.
Kemerdekaan sejati adalah saat mahasiswa dan alumni tidak terjebak dalam sikap apatis, pragmatisme, atau sekadar mengejar kepentingan pribadi. Sebaliknya, mereka harus mampu menghadirkan solusi atas problematika kebangsaan dari isu kemiskinan, ketimpangan sosial, degradasi moral, hingga tantangan globalisasi dan disrupsi teknologi. Dalam konteks ini, UMMAT dengan spirit keislaman dan kemuhammadiyahan, meneguhkan diri sebagai ruang tumbuhnya kader bangsa yang berakhlak mulia, unggul secara intelektual, dan visioner dalam membangun peradaban masa depan Indonesia.
Oleh sebab itu, mari kita maknai kemerdekaan bukan hanya sebagai seremoni tahunan, tetapi juga sebagai ikrar kolektif untuk terus menyalakan obor perubahan. Mahasiswa dan alumni UMMAT adalah bukti hidup bahwa kemerdekaan pendidikan adalah jalan utama dalam mencerdaskan bangsa, menyalakan peradaban, dan mengantarkan Indonesia menuju masa depan yang bermartabat di mata dunia.
