Rendam Garam di Kubangan Kerbau (Li’i Sia Di Ndano) Dalam Sudut Pandang Anekdot

0
329

Oleh, Abdi Kepala SMPN 5 Kota Bima

KabarLagi.Com — Li’i Sia Di Ndano berasal dari bahasa Daerah Bima yang arti secara struktur kalimatnya rendam garam di Danau. Klausa tersebut di daerah Bima pada umumnya menjadi cerita yang sudah viral, baik kalangan generasi era 70an maupun generasi melinial sekarang karena cerita tersebut ada unsur leluconya yang tidak masuk akal bahwa garam *Kok Bisa Rendam Di Danau* padahal garam bersumber dari proses air laut zat cair yang dipadatkan secara manual maupun secara teknologi.

Cerita *Rendam Garam Di Danau* merupakan dongeng masyarakat tak jelas siapa penulisnya hanya cerita fiksi (hayalan belaka). Sehingga dikaitkan dengan kedaerahan di *Dana Mbojo* *(Tanah Bima)* kala itu yang anggap udik atau keterbelakangan. Keterbelakangan yang dimaksud pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya Alam (SDA). Sebut saja wilayah Kecematan Wera di era 70 an sampai 90 an.

Masyarakat Wera di era itu memang benar apa adanya kondisi SDA masih alami, hutannya masih rimbun dan SDM sangat terbatas yang berpendidikan tinggi. Seperti jalan dari Kota Bima menuju Kecematan Wera tidak diaspal, listrik belum tersedia dan jaringan telekomunikasi sangat mengalami keterlambatan pembangunan.

Seiring dengan hal di atas, Sumber Daya Manusia (SDM) warga Wera mayoritas petani dan peternak gembala Kerbau yang dipilihara secara turun temurun oleh masyarakat menurut kebiasaannya. Seiring dengan zaman mulai warga Wera sudah tidak lagi berfokus di bidang pertanian dan peternakan, tapi berbagai bidang seperti kelautan, perikanan, perdagangan dan pendidikan. Pendidikan di era orde baru masyarakat Wera memulai meretas pendidikan yang lebih tinggi di pelosok negeri Indonesia yang berkiprah ke tanah Jawa dan Makassar sebagai kota yang sudah maju pendidikannya. Gelombang pertama telah berhasil ada yang menetap di Jawa dan Makassar sehingga dari generasi ke generasi Wera memacu diri menimba ilmu pengetahuan sampai dengan hari ini dengan tidak mengandalkan sektor pertanian dan peternakan dengan menggembala Kerbau lagi.

Kebiasaan menggembala Kerbau dari nenek moyang melepaskan kerbau di hamparan gunung tak bertuan yang merupakan kebiasaan sampai saat ini. Sesekali penggembala melihat lebih dekat kerbau miliknya dengan ciri khas tertentu yang telah ditandai khusus di telinga kerbau yang sudah berumur 1 – 2 bulan. Tanda ditelingan tersebut menjadikan dasar untuk mengenal kerbau pemiliknya.

Tidak cukup dengan ditandai itu atau dalam bahasa Bimanya *Sarompo* tetapi ada pula temuan nenek moyang sebagai *Pawang Pengembala Kerbau*, yakni *Talaga* (Tempat merendam Kerbau, air hujan tergenang, disebut Danau kecil).

Pengembala kerbau kala itu hanya sifat mencoba dan mempraktekan agar kerbaunya sehat dan tidak liar. Dasar itulah pengembala kerbau menemukan *Telaga* itu sebagai tempat untuk menjinakan dan mengumpulkan kerbau, sementara Danau pun lamban laut mulai kering bila saat datang musim kemarau. Di sisi lain di hamparan gunung jauh dengan sumber air untuk mengambil buat tambahan air danau kecil tersebut.

*Sudut Pandang Ilmiah*

Berdasarkan fakta keringnya air di Danau tersebut, penggembala kerbau menemukan:
1. Metode *LI’I SIA DI NDANO* untuk menambah air di Danau agar kerbaunya terus minum, merendam dirinya dan memamak biak dengan berjam-jam.

2. Asupan garam pada Kerbau menjadi salah satu metode *Penjinakan* dengan pengembalanya mengingat tidak ada Kandang khusus seperti modern sekarang. Pengembala dengan sengaja dari rumah membawa garam pakai karung *(Balase)* bahasa Bima berisi 30 kg lalu diberikan kepada kerbau dengan tangan terbuka oleh pemilik, secara pelan-pelan pun Kerbau itu *menjilat garam sampai habis ditelapak tangan pemiliknya*. Telapak tangan tuannya itu menjadikan *rasa kehangatan dan kedekatan kerbau*. Begitulah yang dilakukan berkali-kali saat pemilik melihat kembali kerbaunya dengan jangka waktu bermingu-minggu dan bahkan berbulan-bulan datang kembali di Telaga itu. *Interaktif pemilik dengan kerbau menjadi jalinan yang sulit terputus* Dari jauh sekitar ratusan meter mendatangi Telaga, Kerbau pun sudah tau akan hadirnya tuan menemaninya. Sisa garam di Kampi tadi, para tuan-tuannya *merendam garam di Danau bersama karung* dengan tujuan bertambah kehangatan yakni *sehat dan jinak kerbau bersama tuannya*. Itulah makna yang terkandung *Li’i Sia Di Ndano*

3. Garam (NaCl) sangat diperlukan oleh hewan. Petani harus menyediakan garam dikandang setiap saat sehingga hewan dapat menjilatnya. Suatu campuran yang terdiri dari 50 % garam dan 50 % dicalcium phosphat harus disediakan setiap saat. Sapi dan kerbau akan menghabiskan 2 kg campuran ini selama satu bulan.

Berikut secara ilmiah bahwa mineral tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh ternak, akan tetapi didapat dari pakan seperti hijauan yang dimakan ternak. Jika pakan yang dimakan ternak sedikit mengandung atau bahkan tidak mengandung mineral sehingga ternak kekurangan mineral padahal seperti kita ketahui setiap hari ternak memerlukan mineral. Bila ternak kekurangan mineral maka pertumbuhan ternak akan terhambat sehingga berefek kepada terganggunya proses reproduksi dan produksi. Alasan itulah yang mendasari betapa pentingnya mineral bagi ternak.

Adapun faktor penyebab ternak kekurangan mineral adalah akibat dari kurangnya kandungan mineral pada tanaman pakan ternak. Hal ini diakibatkan oleh tanah tempat tumbuh hijauan ternak tersebut hanya mengandung sedikit unsure mineral sehingga cuma sedikit yang bisa diserap oleh tanaman yang kita berikan untuk ternak.

Fungsi mineral dalam tubuh ternak:

Tanpa adanya mineral vitamin tidak akan berfungsi dengan sempurna karena salah satu fungsi mineral adalah membantu pembentukan vitamin dalam tubuh ternak. Jadi percuma saja kita memberikan vitamin untuk ternak bila kebutuhan mineral ternak tidak cukup.
Membantu pembentukan enzim dalam tubuh ternak. Seperti halnya vitamin, enzim pun membutuhkan mineral untuk bisa terbentuk.
Ternak bisa mengatasi atau mentolerir kekurangan vitamin dalam waktu yang relative lama, tetapi tidak untuk kekurangan mineral.
Fungsi mineral yang sangat penting ini terkadang tidak dipahami atau malah dianggap remeh oleh petani maupun orang-orang yang terlibat dalam dunia peternakan. Hal ini mungkin dikarenakan kebutuhan mineral yang memang tidak sebanyak kebutuhan nutrisi.

Untuk mengatasi permasalan di atas kita bisa berikan ternak berupa *Mineral Blok* yang beredar dipasaran. Gantungkan mineral blok di kandang ternak sehingga *ternak bisa menjilatnya kapan saja dibutuhkan*. (Sumber : http://pet-indo.blogspot.co.id/)

*Asumsi*

Berdasarkan sudut pandang cerita dan uraian ilmiah di atas, ada dua klausa yang dapat dijadikan acuan yakni *(1) menjilat garam di tangan pemiliknya* dan *(2) ternak bisa menjilatinya kapan saja dibutuhkan* maka *Li’i Sia Di Ndano* dapat dikatakan bahwa:
1. Pengembala kerbau pada masa orde lama menemukan *metode yang jitu* yang kita namai sekarang ilmu petemuan atau *Profesor*.

2. Turunan cerita *Li’i Sia Di Ndano* itu rupanya berbuah manis pada generasi Wera 1980an, 1990an dan 2000an yang menuntut ilmu di Nusantara RI dengan semangat tinggi, pahit, derita dan kerja keras untuk mengejar impian dan cita-cita hidup menjadi sukses di rantauan. Alhasil Warga Wera yang berpendidikan tinggi sampai ke puncak himalaya. Setelah diidentifikasi melalui *Ikatan Keluarga Wera Nusantara (IKRA)* bahwa:
*1. Profesor* sebanyak empat orang
*2. Doktor* sebanyak puluhan orang
*3. Magister* sebanyak ratusan orang
*4. Sarjana* sebanyak ribuan orang.

Disiplin bidang ilmu yang tinggi di atas tersebar di pelosok Nusantara dengan berbagai Profesi antara lain, ada yang Aparatur Pemerintahan, Legislative, Dosen, Guru, Pejabat, TNI, Polri, Pengusaha, Wiraswasta serta lain-lain.

Profesi-profesi tersebut di atas merupakan buah manis dari peletakan dasar cerita *Li’i Sia Di Ndano*.

Hadirnya organisasi sosialisasi kemasyarakatan yakni *IKRA* menampakkan kukuh *Wera dulu dan Wera sekarang* sudah tidak *”dipandang sebelah mata SDM dan SDA ditingkat Nusantara”*. Maka tanggal 24 – 25 April 2023 merupakan hari yang bersejarah Organisasi Sosial yang sudah diakui oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat yang memberikan kontribusi positif dan bermitra dengan pemerintahan kata *Ketua Umum IKRA bapak Dr. H. Muhtar Mahmud, M.Si.* pada acara *Halal Bihalal 24 April 2023 di Lapangan Gelora Tawali dan Munas I di Hotel Marinna Inn 25 April 2023* yang kembali terpilih secara aklamasi bapak *H.Muhtar Mahmud* sebagai *Ketua Umum Periode 2023-2027*.