KabarLagi.Com–Ketika bicara tentang masa depan Pulau Sumbawa, kita bicara tentang harapan jutaan orang yang mendambakan kemajuan, pemerataan pembangunan, dan pengakuan jati diri. Namun, di tengah riuh rendah perjuangan ini, ada satu ironi yang sulit untuk diabaikan: perilaku FKPPMS (Forum Komunikasi Pemuda dan Pelajar Mahasiswa Sumbawa) yang belakangan ini menunjukkan tanda-tanda kehilangan arah perjuangan.
FKPPMS, yang diharapkan menjadi motor penggerak mahasiswa dan aspirasi rakyat, justru terlihat gagap dalam mengambil keputusan penting. Bukan hanya saat muncul pemekaran ini, FKPPMS jauh jauh hari sudah bisu pada isu daerah, apa yang mau di harapkan? Bukannya memperjuangkan suara masyarakat luas, mereka malah sibuk dengan tarik-menarik kepentingan yang membingungkan publik. Yang seharusnya cepat mengambil keputusan, berubah menjadi pertunjukan sunyi.
Bukankah seharusnya, dalam perkara besar seperti pemekaran Provinsi Pulau Sumbawa, setiap langkah diambil dengan prinsip transparansi, partisipasi, dan komitmen untuk kebaikan bersama? Sayangnya, apa yang kita lihat adalah forum yang lebih sibuk membangun menara ego dari pada jembatan perjuangan.
Mungkin FKPPMS lupa, bahwa yang memang hadir di tengah tengah mahasiswa dan pemuda itu adalah motor penggerak dari FKPPMS sendiri, tapi sekarang hanya ambisi kosong. Mungkin mereka juga lupa, bahwa suara rakyat tidak bisa digantikan oleh bisikan ruang-ruang kecil yang penuh kepentingan pribadi.
Pulau Sumbawa tidak membutuhkan “pahlawan instan.” Ia membutuhkan konsistensi, kejujuran, dan keberanian moral. Jika FKPPMS tidak mampu mengemban tanggung jawab ini, maka biarlah sejarah yang menilai, dan biarlah rakyat yang kelak memilih jalannya sendiri dengan atau tanpa mereka.
Karena pada akhirnya, cita-cita membangun Provinsi Pulau Sumbawa adalah milik semua, bukan milik segelintir yang mengira dirinya pusat semesta.
Oleh: Rabulman ketua IKPPM Batulanteh