KABARLAGI.COM, TurunTangan Medan mengadakan kegiatan sosial bernama “Sembako untuk Sumatera Utara” bersama KitaBisa.com pada hari Sabtu dan Minggu, 19-20 September 2020.
Doni Swandana, selaku pengawas kegiatan sosial mengatakan bantuan sosial yang dilakukan pihaknya merupakan bentuk kepedulian atas imbas Pandemi Covid-19 terhadap masyarakat Medan.
“Karena masih banyak warga yang terdampak secara ekonomi karena pandemi ini, apalagi kalangan menengah ke bawah, pendapatan makin berkurang, tapi hidup harus terus diperjuangkan,” kata Doni dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (21/9/20).
Relawan TurunTangan Medan membagikan sembako ke empat puluh pekerja informal dan masyarakat yang membutuhkan, sasaran utama dari kegiatan ini adalah tukang becak.
Di Medan, tukang becak menjadi salah satu profesi yang ramai dikerjakan oleh masyarakat menengah ke bawah.
“Kalau sudah ngebecak, biasanya mereka ada langganan anak sekolah sebelum pandemi. Lah, ini karena pandemi otomatis enggak adalah pemasukannya,” pungkas Doni.
Selain tukang becak, relawan TurunTangan Medan juga membagikan sembako di wilayah Belawan yang mayoritas warga di sana berprofesi sebagai nelayan.
Sebagian besar rumah mereka terbuat dari kayu yang berada di tepi laut dekat Pelabuhan Belawan. Akses menuju perkampungan nelayan tersebut melewati jalanan yang tergenang pasangnya air laut.
Relawan harus membawa sembako sembari
berjalan kaki karena jalanannya tidak bisa ditempuh dengan mobil dan melewati jembatan sederhana
yang terbuat dari kayu.
Selain tukang becak dan nelayan, pekerja informal lain seperti pedagang, dan buruh harian, para lansia, pelajar, serta IRT (ibu rumah tangga) juga turut mendapatkan sembako.
Karena penerima sembako sudah terdata, relawan TurunTangan Medan mendatangi rumah masing-
masing penerima agar tidak menyebabkan kerumunan. Sembako yang dibagikan berupa beras, minyak, telur, dan gula pasir.
Harapannya, ke depan kegiatan ini dapat memantik kepedulian lebih banyak orang baik untuk terlibat
dan tidak memilih diam, karena pandemi ini bukan hanya urusan otoritas kota/provinsi, melainkan
masalah kita bersama.[]