KabarLagi.Com -Pembelajaran bahasa Inggris, khususnya dalam pengembangan keterampilan membaca ekstensif bahasa Inggris, merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan untuk mahasiswa calon guru bahasa Inggris. Dalam rangka membentu tercapainya pengembangan tersebut diperlukan metode pembelajaran yang interaktif dan kontekstual. Salah satu metode yang menjanjikan adalah metode studi kasus.
Akademisi Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), Dr. Hijril Ismail memaparkan metode studi kasus menyediakan konteks nyata yang mendorong mahasiswa untuk mengaplikasikan pemahaman mereka terhadap teks dalam situasi praktis. Dalam konteks membaca ekstensif, studi kasus memungkinkan mahasiswa untuk terlibat lebih dalam dengan materi bacaan.
“Karena mereka dihadapkan pada situasi atau masalah yang membutuhkan analisis dan pemecahan. Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman teks, tetapi juga melatih keterampilan kritis dan analitis mahasiswa,”ujar dosen yang meraih hibah penelitian di Kemendikbud belum lama ini saat di wawancarai. Sabtu (17/8/2023).
Menurutnya langkah sistematis untuk menggunakan Metode Pembelajaran Studi Kasus yang pertama yaitu Pemilihan Kasus.Dalam memilih suatu permasalahan atau kasus, hendaknya dilakukan sesuai tujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus yang dipilih oleh mahasiswa bisa berbentuk orang, lingkungan masyarakat, program, atau unit sosial.
Kedua yaitu mengumpulkan data,
setelah mencari tahu kasus atau masalah yang akan diteliti dan dianalisis, selanjutnya mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengumpulkan data dan informasi. Ada beberapa teknik yang bisa dilakukan untuk mengumpulkan data. Biasanya dalam studi kasus digunakan penelitian observasi, wawancara, serta analisis dokumentasi.
“Dalam hal ini, mahasiswa berperan sebagai instrumen penelitian yang bisa menyesuaikan cara mengumpulkan data dengan masalah serta lingkungan penelitian, dan mengumpulkan data berbeda serentak,”jelasnya.
Setelah itu analisis data, mendapatkan data, mahasiswa tidak langsung mengikuti informasi tersebut. Mahasiswa perlu mengolah dan menganalisis kembali untuk mengetahui kebenaran data. Mahasiswa mulai mengagregasi, mengorganisasi, serta mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola.Agregasi adalah proses untuk mengabstraksi hal khusus menjadi hal umum untuk mendapatkan pola umum data.
“Jadi data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori, atau dimasukkan ke dalam tipologi,” ungkap Hijril.
Selanjutnya yang ke empat kata Hijril adalah Perbaikan (Refinement),
Meskipun sudah mengumpulkan dan menganalisis data sebelumnya, dalam studi kasus perlu dilakukan penyempurnaan, perbaikan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang sudah ditemukan. Pengumpulan data baru ini mengharuskan mahasiswa untuk kembali lagi ke lapangan untuk membuat kategori baru. Data baru tidak dapat dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.
Kelima ialah penulisan laporan
langkah selanjutnya, mahasiswa membuat laporan atau kesimpulan dari hasil studi kasus. Laporan ini ditulis dengan baik, komunikatif, mudah dibaca, serta dapat mendeskripsikan suatu gejala maupun kesatuan sosial dengan jelas. Hal ini bertujuan agar pembaca bisa memahami seluruh informasi penting.
Hijril juga menerangkan keuntungan dalam Pembelajaran Bahasa yaitu Implementasi metode studi kasus dalam membaca ekstensif memberikan beberapa keuntungan. Pertama, mahasiswa lebih termotivasi untuk membaca karena materi yang disajikan relevan dengan kehidupan nyata.
” Kedua, pendekatan ini mendorong pembelajaran aktif, di mana mahasiswa tidak hanya membaca untuk memahami teks, tetapi juga untuk mencari solusi dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh. Ketiga, melalui diskusi dan presentasi hasil analisis kasus, mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan menulis mereka,”ungkap akademisi ummat ini.
Tantangan dan Solusi
Tentu saja, kata Hijril penerapan metode ini terdapat tantangan. Salah satu kendala utama adalah ketersediaan bahan bacaan yang sesuai dan relevan dengan kasus yang akan dianalisis. Pendidik perlu meluangkan waktu untuk mencari atau bahkan membuat materi yang cocok. Selain itu, tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan analitis yang sama, sehingga diperlukan strategi pengajaran yang bisa mengakomodasi perbedaan ini.
Kemudian Hijril mengungkapkan solusi untuk tantangan ini bisa berupa pelatihan khusus bagi pendidik untuk mengembangkan materi studi kasus dan strategi pembelajaran yang efektif. Selain itu, penggunaan teknologi dapat membantu dalam menyusun dan menyampaikan materi dengan lebih menarik dan interaktif.
Hijril menambahkan secara keseluruhan, penerapan metode studi kasus dalam pembelajaran membaca ekstensif bahasa Inggris merupakan langkah inovatif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Meskipun menghadapi beberapa tantangan, dengan persiapan dan strategi yang tepat, metode ini dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi pengembangan keterampilan bahasa mahasiswa.
Diharapkan, melalui pendekatan ini, mahasiswa tidak hanya menjadi pembaca yang baik tetapi juga pemikir kritis yang mampu menghadapi berbagai situasi dengan percaya diri.